KEPEMIMPINAN DALAM PRESPEKTIF LINGKUNGAN SEKITAR

KEPEMIMPINAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
DALAM PRESPEKTIF LINGKUNGAN SEKITAR

DISUSUN OLEH
ARIE HENDRA SAPUTRO
PENDIDIKAN MANAJEMEN PERKANTORAN 0901793
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
Dalam kehidupan sehari hari kita selalu berkaitan erat dengan yang namanya kepemimpinan dan pengambilan keputusan, contohnya saja dalam organisasi kecil. Kita menyebutnya sebagai keluarga.dalaam keluarga pasti ada seorang pemimpin yang memiliki banyak tanggung jawab untuk menafkahi dan bertugas untuk menaungi keluarganya yang didalamnya terdapat tugas seorang pemimpin untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk dapat memberikan yang terbaik bagi keluarganya. Kepemimpinan berasal dari kata “Pimpin” yang berarti tuntun, bina atau bimbing. Pimpin dapat pula berarti menunjukan jalan yang baik atau benar, tetapi dapat pula berarti mengepalai pekerjaan atau kegiatan. Dengan demikian, kepemimpinan adalah hal yang berhubungan dengan proses menggerakkan, memberikan tuntutan, binaan dan bimbingan, menunjukkan jalan, memberi keteladanan, mengambil resiko, mempengaruhi dan meyakinkan pihak lain, mengarahkan dan masih banyak lagi artinya :Pengertian kepemimpinan adalah sebagai berikut : Suatu proses mempengaruhi aktivitas orag lain atau sekelompok orang untuk bekerjasama mencapai tujuan tertentu. Pada hakikatnya dalam kepemimpinan terdapat unsur-unsur antara lain kemampuan menggerakkan, mempengaruhi, mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan organisasi/kelompok.
Fungsi kepemimpinan adalah menggerakkan orang yang dipimpin menuju tercapainya tujuan. Agar dapat menanamkan kepercayaan pada orang yang dipimpinnya dan menyadarkan bahwa mereka mampu berbuat sesuatu dengan baik. Disamping itu, pemimpin harus memiliki pikiran, tenaga dan kepribadian yang dapat menimbulkan kegiatan dalam hubungan antar manusia. Dari pembahasan di atas terlihat bahwa seorang pemimpin yang baik, hahrus memiliki persyaratan yang dapat di kelompokkan menjadi tiga, yaitu sifat, sikap/perilaku dan kemampuan.
1.      Sifat Sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin pada umumnya ialah bijaksana, cerdas, rasional, tegas, adil, kritis, jujur, sabar, bertanggung jawab dan sebagainya.
2.      Sikap/Perilaku Disamping itu, pemimpin yang baik perlu juga menentukan/memilih sikap atau perilaku yang sesuai dengan keadaan, tetapi memiliki sikap yang tersirat dalam butir-butir Pancasila, yang harus dibina. Berikut ini kita pelajari hasil penyusunan dua pakar, yaitu Robert Tannenbaum dan Warren H.Schmidt berupa satu model rangkaian perilaku kepemimpinan, yang dapat membantu kita dalam menentukan sikap/perilaku tertentu yang sesuai dengan keadaan. Keadaan tersebut mengacu pada kadar kemampuan pemimpin dan kemampuan orang yang dipimpin untuk bekerjasama.
Definisi kepemimpinan memiliki banyak aspek, namun ia setuju bahwa seorang pemimpin adalah salah satu kepribadian yang magnetis galvanizes orang untuk beberapa penyebab. Bukan oleh kata-kata, tetapi oleh tindakan mereka adalah cara yang sangat mempengaruhi pemimpin mereka pengikutnya. Mereka mengabarkan apa yang mereka lakukan. Keberadaan mereka sudah cukup untuk memotivasi masyarakat, karena mereka bertindak sebagai katalisator. Hal ini sering menyatakan bahwa pemimpin lahir mereka tidak dibuat. Cukup contoh dapat dikutip untuk kedua-dua argumen. Namun, sejarah telah menjadi kesaksian kepada fakta bahwa beberapa pemimpin yang telah menunjukkan kemampuan kepemimpinan yang luar biasa di kemudian bagian dari kehidupan mereka. Tidak ada yang bisa menjadi seorang pemimpin kecuali dan sampai ia mampu mempengaruhi orang lain. J adalah salah satu pemimpin yang mampu membuat pengaruh abadi dalam pikiran masyarakat, sehingga mereka percaya bahwa apapun yang dilakukan adalah pemimpin, maka mereka untuk mendapatkan keuntungan. Salah satu definisi kepemimpinan categorizes sebagai seorang pemimpin ‘X’ pemimpin luar biasa jika dia memiliki kemampuan kepemimpinan pribadi. The ‘X’ pemimpin yang memiliki naluri batin untuk memimpin. Mereka menunjukkan kemampuan kepemimpinan mereka diperlukan oleh mengembangkan keterampilan dan pengetahuan. Mereka memimpin dari depan dan menunjukkan perhatian sepenuhnya untuk mereka pengikutnya. Para pemimpin juga jangan ragu-ragu dalam diakui dan belajar dari kesalahan ini. Mereka terus terus inovatif sendiri. Mereka terbuka untuk tantangan baru dan siap untuk mengadopsi pendekatan inkonvensional untuk mencapai tujuan mereka. Para pemimpin juga memiliki kemampuan untuk mengambil resiko besar. Sementara mendefinisikan kepemimpinan adalah penting untuk memahami bahwa seorang pemimpin adalah seseorang yang secara efektif dapat berkomunikasi dengan pengikutnya. Salah satu definisi kepemimpinan mendefinisikan pemimpin sebagai pemimpin alam. Pemimpin alam ini disebut karismatik pemimpin. Karismatik pemimpin yang memiliki potensi untuk membawa perubahan radikal dalam masyarakat. Pemimpin perlu terus memantau lingkungan. Mereka tidak hanya dapat bertindak secara lokal tetapi mereka harus memiliki pandangan yang lebih luas. Mereka harus sangat fleksibel dan adaptable. Yang lebih baik adalah salah satu pemimpin yang dapat meramalkan masa depan dan mengambil langkah-langkah untuk menangani itu. Pemimpin dapat nurtured juga. Ia adalah untuk laki-laki ke pemimpin masa depan pemimpin bagi organisasi mereka. Benar pelatihan, bimbingan dan tanggung jawab membantu seorang individu untuk muncul sebagai seorang pemimpin.
Tugas pokok seorang pemimpin yaitu melaksanakan fungsi-fungsi manajemen seperti yang telah disebutkan sebelumnya yang terdiri dari: merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi. Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakan orang-orang yang dipimpinnya. Agar orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara erektif seorang pemimpin di samping harus memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan hubungan manusiawi. Secara lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin meliputi: pengambilan keputusan menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan, mengorganisasikan dan menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan baik secara vertikal (antara bawahan dan atasan) maupun secara horisontal (antar bagian atau unit), serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan. Secara umum, tugas-tugas pokok pemimpin antara lain :
a.       Melaksanaan Fungsi Managerial, yaitu berupa kegiatan pokok meliputi pelaksanaan :- Penyusunan Rencana - Penyusunan Organisasi Pengarahan Organisasi Pengendalian Penilaian –Pelaporan
b.      Mendorong (memotivasi) bawahan untuk dapat bekerja dengan giat dan tekun
c.       Membina bawahan agar dapat memikul tanggung jawab tugas masing-masing secara baik
d.      Membina bawahan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien
e.       Menciptakan iklim kerja yang baik dan harmonis
f.       Menyusun fungsi manajemen secara baik
g.      Menjadi penggerak yang baik dan dapat menjadi sumber kreatifitas
h.      Menjadi wakil dalam membina hubungan dengan pihak luar
Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu : > Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanaan administrasi dan menyediakan fasilitasnya. > Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.  Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, menurut Hadari Nawawi (1995:74), fungsi kepemimpinan berhubungn langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan berada diluar situasi itu Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial keiompok atau organisasinya.  Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu:
1)      Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinya.
2)      Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksnakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.  Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut,
menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1.      Fungsi Instruktif. Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
2.      Fungsi konsultatif. Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3.      Fungsi Partisipasi. Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
4.      Fungsi Delegasi Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuay atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan ssorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.
5.      Fungsi Pengendalian. Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Kemudian menurut Yuki (1998) fungsi kepemimpinan adalah usaha mempengaruhi dan mengarahkan karyawan untuk bekerja keras, memiliki semangat tinggi, dan memotivasi tinggi guna mencapai tujuan organisasi. Hal ini terutama terikat dengan fungsi mengatur hubungan antara individu atau kelompok dalam organisasi. Selain itu, fungsi pemimpin dalam mempengaruhi dan mengarahkan individu atau kelompok bertujuan untuk membantu organisasi bergerak kearah pencapaian sasaran. Dengan demikian, inti kepemimpinan bukan pertama-tama terletak pada kedudukannya daiam organisasi, melainkan bagaimana pemimpin melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin. Fungsi kepemimpinan yang hakiki adalah :
·         Selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha untuk pencapaian tujuan
·         Sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak luar.
·         Sebagai komunikator yang efektif.
·         Sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.
Fungsi pokok pimpinan adalah:
         Memberikan kerangka pokok yang jelas yang dapat dijadikan pegangan oleh anggotanya.
         Mengawasi, mengendalikan dan menyalurkan perilaku anggota yang dipimpin
         Bertindak sebagai wakil kelompok dalam berhubungan dengan dunia luar Fungsi kepemimpinan itu pada pokoknya adalah menjalankan wewenang kepemimpinan, yaitu menyediakan suatu sistem komunikasi, memelihara kesediaan bekerja sama dan menjamin kelancaran serta keutuhan organisasi atau perusahaan. 
Fungsi-fungsi kepemimpinan meliputi kegiatan dan tindakan sebagai berikut:
a. Pengambilan keputusan
b. Pengembangan imajinasi
c. Pendelegasian wewenang kepada bawahan
d. Pengembangan kesetiaan para bawahan
e. Pemrakarsaan, penggiatan dan pengendalian rencana-rencana
f. Pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya
g. Pelaksanaan keputusan dan pemberian dorongan kepada para pelaksana
h. Pelaksanaan kontrol dan perbaikan kesalahan-kesalahan
i. Pemberian tanda penghargaan kepada bawahan yang berprestasi
j. Pertanggungjawaban semua tindakan
Masih dalam suasana bersilatturahim di hari raya, seorang pemuda desa yang kebetulan menemui saya menanyakan bagaimana caranya agar kelak jika dewasa menjadi pemimpin. Rupanya dari pembicaraan itu, yang tergambar pada pikiran pemuda ini, bahwa kehidupan seorang pemimpin selalu kelihatan enak. Pemimpin menurut gambarannya selalu dihormati, disegani, dikenal banyak orang atau namanya masyhur, dicintai anak buah ----padahal ini sesungguhnya belum tentu, pekerjaannya tinggal memerintah orang, jika berbicara didengarkan, dan penghasilannya juga besar. Tentu masih banyak keuntungan hidup lainnya dari seorang pemimpin.  Saya mencoba menjelaskan, bahwa pemimpin itu banyak macamnya. Ada pemimpin olah raga, seperti misalnya pemimpin pemain sepak bola, bola basket, folly ball, dan lain-lain. Juga ada pemimpin lembaga pendidikan, seperti kyai pesantren, kepala sekolah, pemimpin perguruan tinggi yang disebut dengan rektor. Ada juga pemimpin pemerintahan, atau seringkali disebut pejabat, dari yang terbawah sampai yang tertinggi, mulai kepala desa, atau lurah, camat, bupati, wali kota gubernur sampai presiden. Selain itu ada pemimpin perusahaan, usaha apa saja, misalnya tekstil, perusahaan rokok, perusahaan mobil, perusahaan, perbankan, asuransi, transportasi. Contoh-contoh tersebut, tentu yang dikenal bagus. Sebab selain itu juga ada pemimpin komunitas yang tidak bagus, yang tentu tidak perlu ditambahkan di sini. Dan, tentu saja yang dicita-citakan anak muda yang disebutkan di muka adalah pemimpin yang bagus-bagus itu.  Kemudian saya menjelaskan bahwa seorang pemimpin, agar kepemimpinannya sukses harus memiliki beberapa modal sebagai bekalnya. Di antaranya, pertama, seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan. Seseorang ingin menjadi pemimpin, tetapi jika ia tidak memiliki jiwa kepemimpinan juga akan repot sendiri. Pemimpin itu harus kaya ide, semangat tinggi untuk mewujudkan idenya itu, sabar, ikhlas, suka berkorban dan tentu saja memiliki pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk komunitas yang dipimpinnya. Misalnya sebagai pemimpin bank, ia harus tahu tentang perbankan. Pemimpin perusahaan asuransi, ia juga harus memiliki pengetahuan tentang ke asuransian dan seterusnya.  Kedua, seorang pemimpin adalah orang yang bisa mencintai semua bawahannya. Ia harus bisa membagi cintanya, setidak-tidaknya kepada semua orang yang dipimpinnya. Kalimat ini mudah diucapkan dan seolah-olah bisa dimiliki oleh semua orang. Akan tetapi dalam praktek kehidupan sehari-hari, ternyata tidak semua orang yang dipimpin mudah diatur, mengikuti dan mau menjalankan tugas-tugas yang seharusnya diselesaikan olehnya. Anak buah, sebagai manusia biasa, tidak jarang lupa, salah, kurang semangat bekerja dan bahkan juga sesekali membantah, mengkritik dan sampai berani melawan. Sebagai seorang pemimpin harus mampu menghadapi perilaku bawahan apapun sikap-sikap, karakter, watak yang dimilikinya. Mencinai orang yang mencitainya mudah, tetapi tidak gampang bagi siapapun mencintai orang yang sulit diatur dan bahkan memusuhinya.  Seorang pemimpin rasanya tepat jika diumpamakan sebagai seorang pawang binatang buas dalam permainan circus . Pawang mampu membikin permainan indah dari binatang buas. Padahal binatang tersebut selalu memiliki keinginan menerkam, tetapi seorang pawang justru bisa menaklukkan dan memanfaatkan kelebihan singa dan binatang buas lainnya menjadi tontonan yang indah. Seorang pawang tidak pernah segera membunuh binatang piaraannya, hanya karena binatang-binatang itu membahayakan. Bahkan sebaliknya, pawang itu justru menyenangi binatang-binatang buas itu. Dan jika berhasil melatih dan memimpinnya, ia merasa berpretasi. Sebagai pawang singa, juga tidak tertarik jika perannya diganti menjadi pawang kelinci, kucing atau bahkan pawang itik atau bebek. Siapapun tidak pernah mau dan juga tidak akan dihargai sebatas sebagai pawang binatang jinak ini.  Ketiga, sebagai seorang pemimpin harus mengetahui siapa dan akan dibawa ke mana komunitas yang dipimpinnya. Pemimpin tim olah raga, seperti sepak bola, bola folly, basket dan seterusnya kiranya tidak sulit menentukan akan dibawa ke mana timnya itu. Pemimpin olah raga selalu bercita-cita agar suatu ketika meraih juara. Atas dasar pemahamannya terhadap kekuatan tim yang dipimpinnya, ia akan memiliki target-target yang ingin diraih. Misalnya suatu ketika ingkin meraih juara tingkat RT, kemudian juara tingkat desa, selanjutnya secara berturut-turut juara kecamatan, kabupaten, propinsi, juara nasional dan bahkan suatu ketika ingin menjadi pemimpin tim olah raga tingkat dunia. Tingkatan apa yang ingin diraih, seolah pemimpin juga bisa mengukur kemampuan dirinya dan juga anggota tim pemainnya. Misalnya, belum pernah menjuarai tingkat desa, lalu mendaftarkan diri mengikuti kejuaraan tingkat propinsi, maka akan ditertawakan orang. Sedemikian mudah merumuskan visi dan misi pemimpin olah raga. Dan tentu tidak sedemikkian mudah merumuskannya kepemimpinan di bidang lain, misalnya pemimpin pemerintahan, pemimpin partai politik, perusahaan termasuk juga pemimpin perguruan tinggi.  Pemimpin perguruan tinggi misalnya, ternyata tidak semuanya mampu dan berhasil merumuskan visi dan misi secara jelas. Banyak pemimpin perguruan tingi ternyata gagal sebatas hanya merumuskan itu. Tidak sedikit orang kemudian berkomentar terhadap seseorang pimpinan perguruan tinggi yang sudah sekian lama memimpin, tetapi tidak mampu merubah institusinya. Orang kemudian mengomentari atas kegagalannya itu dengan mengatakan bahwa pemimpin tersebut tidak memiliki visi dan misi yang jelas. Pemimpin perguruan tinggi tersebut tidak memiliki jiwa kepemimpinan. Ia hanya sebatas mampu menampilkan diri sebagai pejabat, dan bukan sebagai seorang pemimpin, dan seterusnya.  Sementara orang, kadangkala membedakan antara pejabat dan pemimpin. Pejabat biasanya hanya menangani jenis pekerjaan yang sepele, misalnya membuat program tahunan, mengusulkan besarnya anggaran yang dibutuhkan ke atasan, membagi tugas, menjalankan core bisness dan melaporkan hasilnya setiap tahun. Sedangkan pemimpin tidak sebatas melakukan peran-peran itu. Di kepala pemikmpin harus penuh dengan imajinasi, cita-cita, mimpi-mimpi dan gambaran ke depan. Pekerjaan seperti itu ternyata tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Tidak sedikit orang yang miskin cita-cita, imajinasi, mimpi-mimpi dan cita-cita. Belum lagi tiak sedikit pemimpin yang hanya memiliki “aku” kecil. Pada hal pemimpin harus memiliki “aku” besar, yaitu “aku” yang jauh melampaui dirinya.  Penyandang aku besar biasanya tidak saja berpikir untuk diri dan keluarganya. Konsep ini sepele, tetapi sesungguhnya memiliki makna yang mendalam. Pemilik aku kecil tidak akan bisa menjangkau kebutuhan yang diinginkan oleh seluruh anak buahnya. Sebaliknya ia hanya akan berpikir tentang kebutuhannya sendiri, atau jika agak melebar kebutuhan keluarganya. Orang yang beraku kecil anak buahnyha dijadikan sebagai alat untuk memuaskan dirinya. Orang lain yang berposisi sebagai bawahannya diperlakukan sebagai anak buah, buruh pembantu dan bahkan babunya. Anak buah bagi pemimpin yang ber aku kecil, keberadaannya dipandang rendah. Karena itulah maka tidak perlu mendapatkan perhatian yang cukup. Pemimpin seperti ini tidak mau menyisihkan waktunya untguk memikirkan kesejahteraan mereka. Cara memanggil saja, biasanya tgidak menggunakan sapaan yang hormat, cukup menyebut namanya, tanpa memberi identitas kehormatan seperti Pak, Mas dan seterusnya.  Beda dengan pemimpin yang menyandang aku kecil, pemimpin ber “aku” besar, mereka tidak saja berpikir tentang dirinya, melaikan seharĂ­-hari berpikir untuk mengembangkan dan membesarkan anak buahnya. Semua anak buah diberlakukan sebagai pihak-pihak yang memerlukan perhatian dan harus dibesarkan dalam pengertian luas. Pemimpin yang memiliki aku besar, ia sadar bahwa keberhasilannya membesarkan kampus atau lembaga yang dipimp;innya, harus melewati jalan strategis. Jalan strategis yang dimaksudkan itu adalah membesarkan anak buahnya itu. Logika yang digunakan adalah, jika semua anak buahnya menjadi besar ------gaji cukup, pengetahuanh luas, kesejahteraan terjamin, masa depannya jelas dan seterusnya, maka ia akan bekerja keras dan berkualitas, yang ujung-ujungnya kemudian adalah lembaga yang dipimpinnya akan cepat menjadi besar. Inilah pemimpin yang memiliki “aku” besar itu. Ia akan membesarkan seluruh orang yang dipimpinnya.  Jika kepemimpinan adalah seperti ini, maka benar apa yang ditakan di muka bahwa pemimpin memerlukan jiwa kepemimpinan. Selain itu dia harus memiliki “aku” yang lebih besar. Pemimpin bukan seseorang yang hanya akan mendapatkan keuntungan yang bersifat materi atas imbalan dari posisinya sebagai seorang pemimpin. Pemimpin juga tidak boleh hanya berangan-angan agar tatkala menjadi pemimpin agar memiliki gaji yang jumlahnya paling besar, bisa banyak istirahat, makan bergizi, tidur nyenyak, dan menyandang lambang-lambang kebesaran lainnya. Pemimpin agar meraih kesuksesan dalam memimpin justru harus hidup prihatin dan banyak tirakat. Ia harus sanggup mengurangi tidur, membatasi makanan, membatasi istirahat dan lain-lain. Sebagai bentuk tirakat itu misalnya mengurangi tidur, puasa senin kamis dan bahkan puasa dawud, menjauhi hal-hal yang sifatnya hanya sebatas memerdekakan hawa nafsu. Pemimpin sebenarnya, dengan ilustrasi seperti itu, hidupnya menjadi tidak lebih leluasa dan nikmat dari yang dipimpinnya.  Penjelasan yang panjang lebar saya berikan seperti itu, maka anak muda tadi rupanya baru menjadi mengerti bahwa para pemimpin yang kemudian dihormati orang, kata-katanya didengarkan, dicari dan dicintai banyak orang, ternyata memang tidak mudah dijalani. Pemimpin tidak seperti kebanyakan orang lainnya. Ada hal-hal yang orang lain menjalinya dianggap biasa, tetapi tidak selayaknya hal itu dilakukan oleh seorang pemimpin. Pemimpin harus mau berkorban, menanggung resiko, banyak ide, pandai berkomunikasi membangun jaringan, pemimpin harus bersedia membagi-bagi cintanya kepada siapapun, baik mereka yang disukai maupun kepada yang dibenci sekalipun. Menolong orang yang dicintai adalah mudah, tetapi pemimpin juga harus mau menolong orang yang sehari-hari mengritik, mencaci maki dan bahkan membenci sekalipun. Inilah tugas dan tanggung jawab pemimpin yang sesungguhnya. Allahu a’lam.
Dalam keluarga lengkap, pemimpin tertinggi adalah suami (istilah manajemen dinamakan top manager). Kemudian pemimpin kedua adalah isteri yang dapat disebut middle manager atau sekaligus lower manager. Dan umumnya aplikasinya cukuplah dengan pembagian tugas. Suami sebagai kepala keluarga (yang memimpin isterinya) dan isteri sebagai ibu rumah tangga.
Peranan kepemimpinan dalam membina rumah tangga menduduki tempat yang strategis dan menentukan dapat tidaknya keluarga itu mencapai kesejahteraannya. Karenannya, di sini diperlukan perilaku keteladanan dari orang tua. Artinya, sikap dan tindakan seorang kepala keluarga atau ibu rumah tangga akan memberikan pengaruh besar terhadap anggota keluarganya.
Berikut ini ada beberapa petunjuk bagi setiap pemimpin rumah tangga yang terdapat dalam ajaran Islam. Sehingga menurut Ishak Solih, mudah-mudahan para pemimpin yang berwatak kurang baik (baca: watak diktator dan watak liberal-Pen) dapat memperbaiki setelah memahami, menghayati dan mencoba mengamalkan petunjuk di bawah ini.
Pertama, dalam membina keluarga sejahtera, sebuah anggota keluarga berkewajiban untuk memelihara diri masing-masing dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari, sehingga terwujudlah kehidupan yang harmonis. Khusus bagi kepala keluarga dan atau ibu rumah tangga wajib memelihara diri dan memelihara semua anggota keluarganya. (baca: QS. At-Tahrim [66]: 6).
Kedua, setiap kepala keluarga dan atau ibu rumah tangga wajib mempertanggung jawabkan kepemimpinannya baik di dunia maupun di akherat nanti. Nabi Saw bersabda:
“Masing-masing kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan ditanya atas kepemimpinannya. Dan pemimpin manusia (iman), itu juga pemimpin yang akan ditanya atas kepemimpinannya. Dan setiap laki-laki itu pemimpin atas kelaurganya; dan akan ditanya atas kepemimpinanya. Setiap pelayan itu pemimpin dalam mengurus harta majikannya, dan akan ditanya atas kepemimpinanya. Maka setiap pemimpin akan ditanya atas kepemimpinannya.” (HR. Muslim).
Ketiga, setiap pemimpin keluarga hendaknya bersikap lemah lembut terhadap semua bawahannya. Bila ada kesalahan di antara mereka maafkanlah bahkan mohonkan maaf baginya. Dalam hal-hal yang menyangkut kepentingan keluarga, baik dalam membuat perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan, hendaknya suka bermusyawarah. (baca: QS. Ali Imran [3]: 159).
Keempat, dalam hubungan antara yang memimpin dan dipimpin dalam keluarga, hendaknya dipupuk tali ikatan kasih sayang di samping faktor material lainnya. Hendaknya satu sama lain penuh kesabaran dalam mengejar kebahagiaan bersama. (baca: QS. At-Taubah [9]: 128).
Kelima, dalam keluarga hendaknya tercipta adanya saling mencitai dan mendoakan di antara pemimpin dan yang dipimpin. Hindarkanlah saling membenci dan saling mengutuk. Menurut Rasulullah Saw, yang paling baik di antara pemimpin kamu adalah yang kamu cintai dan yang mencintai kamu, yang kamu mintakan barkah untuknya dan untukmu.
Keenam, hendaknya seorang suami bersikap adil terhadap isterinya. Demikian pula sebagai orang tua terhadap anak-anaknya dan anggota keluarga lainnya. Kebencian kepada anggota hendaknya dihindarkan. Apabila ada sikap dan tingkah laku yang tidak baik, hendaknya diperbaiki dengan penuh kesabaran, sehingga sikap dan tingkah laku tersebut hilang dengan pendidikan terhadap diri anggota keluarga, janganlah malah bertindak tidak adil. (QS. Al-Maidah [5]: 8).
Ketika kita bicara mengenai kepemimpinan, kita bicara lebih dari sekedar manager. Kita bicara lebih dari sekedar direktur atau presiden direktur. Kita sedang membahas hal-hal yang lebih dalam daripada kemampuan intelektual atau nalar seseorang. Pemimpin merupakan otak dari sebuah organisasi. Layaknya seorang nakhoda yang mengarahkan kemana kapal yang akan ditumpanginya menuju. Secara gamblang, pemimpin bertanggung jawab secara penuh akan hal-hal yang terjadi didalam organisasi yang dia pimpin. Apa yang membuat orang menjadi seorang pemimpin? Apakah setiap orang bisa menjadi seorang pemimpin? Mengapa ada sebutan ”pemimpin yang baik” dan ”pemimpin yang tidak baik”? Apa yang membedakan antara seorang pemimpin dan pimpinan? Ini pertanyaan yang selalu muncul dan bergejolak di kepala saya. Menurut suatu buku yang saya baca, kepemimpinan adalah kemampuan seseorang meminta orang lain melakukan sesuatu tanpa orang tersebut merasa terpaksa. Dengan kata lain, kemampuan orang untuk mengarahkan orang. Menurut John C. Maxwell, terdapat katup-katup kepemimpinan dimana kepemimpinan yang baik, naik dari satu katup ke katup lainnya. Dear rekan-rekan blogger, surfer, dan browser. Visi dan kemampuan untuk mengarahkan adalah dua hal yang menentukan kapasitas Anda sebagai seorang pemimpin. Visi adalah kemampuan untuk melihat hal-hal yang belum/tidak bisa dilihat oleh orang lain, terutama organisasi Anda. Kemampuan untuk mengarahkan, lahir karena kekuatan sebuah visi, karena Anda percaya ada satu tempat yang lebih baik untuk Anda dan organisasi Anda capai. Visi ini yang nantinya akan ”diturunkan” kepada rekan-rekan nya, organisasinya. Pemimpin yang baik akan mengembangkan kepemimpinan orang-orang yang ada di sekitarnya. Karena pemimpin tahu, ketika ada lebih dari satu orang yang berpikiran dan bervisi sama sepertinya, organisasinya akan jauh lebih maju. Dari sekian banyak orang yang ada di organisasinya, hanya akan ada beberapa orang saja yang benar-benar ”bersama” Anda. Dia akan berperan sebagai guru saat Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia akan berperan sebagai penunjuk arah saat Anda tidak paham kemana harus menuju. Dia akan berfungsi sebagai pelatih, saat Anda memerlukan peningkatan kualitas Anda. Ingatlah selalu tagg ini:
"Seorang pemimpin diakui bukan karena jabatan, bukan karena pangkat, bukan karena harta dan status sosial. Seorang pemimpin menjadi pemimpin, karena dia peduli kepada Anda dan masalah Anda, mengarahkan dan membimbing Anda menjadi lebih bernilai daripada hari ini."
Didalam organisasi, sosok seorang pemimpin sangat penting bagi keberlangsungan kegiatan organisasi, perannya sangat vital, sebab seorang pemimpin memiliki tugas untuk dapat mengendalikan bawahanya.
Pada lingkungan sekitar kita contohnya kepemimpinan dan pengambilan keputusan adalah seorang ketua mahasiswa yang diberi amanat teman sekelasnya untuk memimpin kelas
Ketua kelas memiliki peran untuk mengontrol, mengendalikan serta mengatur jadwal temu antara dosen dan mahasiswa yang didalamnya diperlukan pengambilan keputusan , berikut contoh kasus mengenai pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pemimpin kelas.
Saat dosen menugaskan para mahasiswanya untuk melaksanakan observasi sstu kelas mengenai kewirausahaan, disinalh peran pemimpin kjelas untuk dapat mengkoordinir kelas, dari berbagai segala aspek.
Pertama yang perlu diperhatikan adalah tempat tujuan yang diinginkan, hal ini harus ada kesepakatan bersama. Dan disini peran pemimpin untuk mengambil keputusan terbaik dari berbagai alternatif yang ada.
Kedua dari sisi keuangan, yang diperhitungkan agar pada saat pelaksanaan tidak ada yang kecewa terhadap harga yang ditawarkan.
Kemudian dari sisi koordinasi dan penempatan organisasi.
Semuanya harus disatupadukan dengan tujuan kewirausahaan dan tujuan dari observasi, agar semuanya dapat berjalan dengan baik. Maka dari itulah saat pengambilan keputusan terbaik harus melalui mekanisme pengambilan keputusan yang terbaik. Berikut adalah mekanisme pengambilan keputusan yang terbaik, agar tujuan akhir dapat dicapai.
Mintzberg mengungkapkan bahwa langkah-langkah dalam pengambilan keputusan terdiri dari :
  a.            Tahap identifikasi , Tahap ini adalah tahap pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan diagnosis dibuat. Sebab tingkat diagnosis tergantung dari kompleksitas masalah yang dihadapi
 b.            Tahap pengembangan, Tahap ini merupakan aktivitas pencarian prosedur atau solusi standar yang ada atau mendesain solusi yang baru. Proses desain ini merupakan proses pencarian dan percobaan di mana pembuat keputusan hanya mempunyai ide solusi ideal yang tidak jelas
  c.            Tahap seleksi, Tahap ini pilihan solusi dibuat, dengan tiga cara pembentukan seleksi yakni dengan penilaian pembuat keputusan : berdasarkan pengalaman atau intuisi, bukan analisis logis, dengan analisis alternatif yang logis dan sistematis, dan dengantawar-menawar saat seleksi melibatkan kelompok pembuat keputusan dan semua manuver politik yang ada.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar